GAYA HIDUP ORGANIK DAN NATURAL : SEHAT ATAU SEKADAR TREN MAHAL ?
by : Syifa
Penduduk yang semakin memadat mempersempit lahan yang tersedia untuk pertanian, namun disaat yang sama meningkatkan kebutuhan bahan pangan. Distribusi internasional yang terus
meningkat pun semakin memperkuat alasan untuk menempuh segala cara dalam produksi pangan. Munculah isu mengenai penggunaan pestisida berbahaya maupun bahan sintetis lainnya dalam pertanian konvensional yang kini sudah cukup akrab menjadi pembahasan khalayak.
Belakangan ini, berbagai merk dan perusahaan bahan makanan, khususnya buah dan sayuran, bermunculan dan menawarkan makanan yang dilabeli "Organik" maupun "Natural". Merk-merk tersebut mengklaim bahwa produk yang mereka sediakan adalah alternatif yang lebih sehat dibanding hasil tani konvensional. Dengan proses produksi yang terbebas dari pestisida dan pupuk sintetis, dan tanpa distribusi luas ke pasar, harga yang ditawarkan merk-merk tersebut cenderung lebih tinggi dibanding harga pada umumnya. Tak jarang harga mahal tersebut disertai pula pernyataan bahwa hasil penjualan langsung tiba ke petani, sehingga dengan membelinya juga dianggap sebagai kepentingan sosial.
Lantas apakah benar, bahwa hasil produksi organik dan natural memiliki keunggulan signifikan dibanding makanan yang diproduksi secara konvensional?
Sebutan "organik" dan "natural" sendiri tidak memiliki arti yang universal dan makna yang jelas. Tiap negara maupun daerah memiliki kriteria yang beda untuk menganggap makanan tertentu sebagai "organik" maupun "natural". Secara umum, makanan "organik" dan "natural" diproduksi tanpa penggunaan bahan kimia sintetis. Metode yang digunakan adalah metode- metode tradisional dan dipupuk dengan pupuk alami seperti kompos.
Dari segi nutrisi, sejumlah studi menunjukan bahwa tanaman yang diproduksi secara organik mengandung antioksidan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan, tanaman menghasilkan sejumlah antioksidan sebagai mekanisme pertahanan terhadap hama. Pertanian konvensional dengan pestisida sintetis tidak memaksa tumbuhan untuk menghasilkan kadar antioksidan yang cukup tinggi. Meski demikian, khasiat dan kadar antioksidan yang baik untuk kesehatan manusia pun belum terbukti dengan jelas dalam penelitian. Studi lain menunjukan bahwa kandungan nutrisi lain seperti vitamin, nyaris identik dalam hasil pangan konvensional maupun organik.
Residu pestisida sintetis pada bahan konsumsi hasil tani konvensional adalah salah satu kekhawatiran terbesar mengenai pertanian konvensional. Pestisida sintetis memang dapat
membahayakan dalam kadar tinggi dan patut dihindari. Meskipun demikian, makanan organik tidak sepenuhnya aman dari penggunaan pestisida. Mengapa demikian? Pada pertanian organik, petani tetap menggunakan pestisida meskipun sebagai pilihan terakhir. Pestisida
tersebut adalah racun natural seperti sulfur. Ketika dibandingkan, bahaya yang ditimbulkan pestisida natural maupun sintetis hampir tidak ada bedanya. Yang penting disini adalah pengawasan yang ketat terhadap penggunaan pestisida dalam pertanian apapun.
Isu terbesar yang jarang disadari mengenai pertanian organik adalah diperlukannya lahan yang amat luas untuk memproduksi jumlah pangan yang tidak begitu banyak. Pada era dimana
pertumbuhan penduduk amat besar, ini tentu tidak merupakan situasi ideal dan ramah lingkungan.
Secara keseluruhan, pertanian konvensional maupun organik, memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Meski trend hidup organik sedang naik daun, bukan berarti itu
satu-satunya solusi dan jawaban untuk segala masalah produksi pangan. Kita sebagai konsumen harus pintar-pintar menelaah dan membuat keputusan yang baik untuk juga menjaga kesehatan kita dengan cara sebaik mungkin.